::eventainment::

common people post

Monday, June 13, 2005

MEGALITIKUM-KUANTUM, KOMPAS 40 TH!!!!

Menyoal pada keberadaan eksistensi MUSIK INDONESIA tercinta. Melihat atau merunut pada kenyataan sejarah panjang musik, alat musik dan juga para pelakunya selama ini. Ketika INDONESIA tercinta yang telah diakui ke-maha kaya-annya akan segudang tradisi elok dari beragam etnik yang berserakan di seluruh penjuru Nusantara, yang dikagumi dunia!Muncullah berbagai virtuoso, dengan kemampuan musikalitas nan tinggi, nan prima, merekalah yang kerap menggaet kesuksesan di negeri-negeri orang. Aktif beraksi di depan publik musik dunia. Kemampuan tinggi mereka dalam memainkan dan mengolah musik nan eksotis, yang secara langsung telah mengangkat derajat bangsa kita tercinta, di hadapan publik musik dunia.Maka berbicara musik secara keseluruhan, INDONESIA dengan keaneka ragaman budaya musik tradisinya yang eksotis dan sangat mengagumkan tersebut, sesungguhnya memiliki potensi begitu besar untuk dapat lebih berbicara, lebih diperhitungkan lagi oleh publik musik dunia.
Oleh pergaulan musik internasional.Berangkat dengan pemahaman di atas, dengan modal kekayaan musik tradisi kita, maka sejatinya kita telah menghasilkan apa yang disebut sebagai bentuk "Musik Modern" yang meng-Indonesia.Bukan sekadar hanya sebatas "World Music", sebagai bentuk genre musik baru yang hasil "olahan" "iseng-iseng berhadiah" dari kaum industri musik barat.
Dengan jubah "World Music", yang memang membuka pintu bagi terangkat naiknya ke pergaulan musik internasional, berbagai-bagai jenis musik tradisi di seluruh pelosok dunia, namun terlbih bagi praktisi musik atawa intelektual musik genre "World Music" dipandang (atau "dicurigai"?) mengekang, membatasi kiprah eksplorasi yang lebih melebar dan meluas. Atau mencabut begitu saja pelbagai tradisi dari akabr-akar budayanya! Kekawatiran bahwasanya, musik tradisi tersebut musnah keelokan "roh"nya?Namun adalah benar adanya, virtuoso-virtuoso musik "papan atas" yang mendunia telah lahir sekian waktu di negeri kita tercinta. Ki Tjokrowarsito sebagai misal, "empu gamelan" yang begitu dihormati kaum etnomusikolog dan pemerhati musik-musik tradisi Indonesia di AS. Beliau yang kini sudah 100tahun usianya, di tahun 1977 memainkan gending Ketawang Puspa Warna karya Mangkunegara IV dan hasil rekamannya dibawa pesawat Voyager berkelana menembus batas jagat raya, menelusuri maha luasnya alam semesta. Karya indah milik Indonesia disandingkan dengan karya-karya milik Bach, Beethoven hingga Miles Davis dan Art Tatum dan karya-karya legendrais dunia lainnya.Juga Rahayu Supanggah, yang dengan bentuk modern eksplorasi tradisi bugis dengan Ila Galigo, berkelana dari Esplanade S'pore bahkan juah hingga Lincoln Centre, New York.
----------------------------------------------------------------------------------------- more info http://www.megalitikum-kuantum.com

1 Comments:

  • At 10:44 PM, Anonymous Anonymous said…

    nontonnya pake tiket ga?bayarnya berapa?

     

Post a Comment

<< Home